Tradisi penghormatan tersebut merupakan bentuk warisan nenek moyang di Bumi Angging Mamiri Bugis-Makassar sejak pejabat baru menginjakkan kakinya dalam mengawali tugas pengabdiannya.
Diawali dengan pengalungan Lipa' Sabbe kepada Mayjen TNI Andi Muhammad, S.H., dan pemberian hand bucket (bunga tangan) kepada Ny. Amelia Andi Muhammad yang dilakukan oleh Tau Lolonna dan Tau Rungkana Mangkasara.
Kemudian disambut Angngaru sebagai simbol menandakan sumpah setia seorang prajurit yang rela mengorbankan jiwa raganya kepada pemimpinnya, dan ditutup dengan Tari Paduppa sebagai simbol tradisi menyambut tamu agung.
Perlu diketahui agenda Pangdam Hasanuddin usai penyambutan di Lanud Galatika dilanjutkan melaksanakan ziarah ke makam Sultan Hasanuddin di Kabupaten Gowa.
Selesai prosesi adat penyambutan, Pangdam Hasanuddin dan istri, lalu menuju depan gerbang utama Galaktika yang disambut oleh para pejabat Kodam yakni Kasdam Brigjen TNI Amping Bujasar Tangdilintin, S.Sos., M.Si., Irdam, Kapoksahli, para Danrem, para Asisten, serta Kabalakdam dan Komandan Satuan jajaran Kodam Hasanuddin.
Sedangkan dari pihak keluarga turut hadir, perwakilan dari Kerajaan Luwu diwakili oleh Andi Iwan Alamsyah Datu Djemma Berua Datu Luwu ke-37 dan perwakilan dari Bone diwakili oleh Andi Bau Abdi Datu Appo Andi Mappanyukki.
Selanjutnya perwakilan dari Pare-pare Andi Karim Beso, perwakilan dari Takalar Karaeng Polong Bangkeng Andi Risal, perwakilan dari Gowa Andi Rimba Alam Andi Pangerang Petta Rani, perwakilan dari Soppeng Andi Bau Irman Datu Appo Andi Mappanyukki dan perwakilan dari Jakarta Andi Bau Irfan Datu Lolo Andi Mappanyukki.
Untuk diketahui Mayjen TNI Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, S.H., Pangdam XIV/Hasanuddin adalah anak dari pasangan H. Andi Bau Datu Sawa Andi Mappanyukki dan Hj. Nurhayati Daeng Ngintang.
Merupakan cucu langsung dari H. Andi Mappanyukki Raja Bone ke-32 dan cicit langsung dari Raja Gowa ke-34 yakni I Makkulau Daeng Serang Karaengta Lembang Parang.
Andi Mappanyukki adalah salah satu raja yang kharismatik yang memiliki banyak kenangan yang luar biasa dengan terbangunnya masjid raya di Bone yang menjadi masjid terbesar pada zamannya.
Dan di samping menjadi raja sekaligus menjadi Bupati Bone, Andi Mappanyukki juga memimpin raja-raja di Sulsel untuk bersatu dan bergabung dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada tahun 1950.
Atas integritasnya sebagai pejuang yang pantang menyerah kepada Belanda, ia pun menjadi suri tauladan bagi putra-putrinya untuk terus berjuang.
Oleh sebab itu, atas sumbangsihnya, Andi Mappanyukki pun dianugerahkan gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres No. 089/TK/2004, pada 5 November 2004.
Karenanya suatu kehormatan bagi masyarakat Sulsel dimana keturunan langsung Raja Bone dan Raja Gowa mendapat amanah jabatan sebagai Pangdam XIV/ Hasanuddin.
Usai dilantik sebagai Pangdam Hasanuddin (31/01) kemarin, Mayjen Andi Muhammad, S.H., menapakkan kaki di Bumi Anging Mamiri dan langsung disambut dengan tradisi adat, merupakan bentuk penghormatan sebagai keturunan langsung dari Andi Mappanyukki Raja Bone.